HOME   PUISI   JOURNAL   PHOTOS   THOUGHTS

Sidang Para Tani

(bukan Sidang Para Monyet ya!)

Persis sebilah kapak di tangan Algojo
Sinarnya tajam penuh ancaman
Siap memotong waktu yang cuma tinggal dua jam
Dalam kamar terang, hingar tapi muram
Ampun Pak Kiyai, ku dulukan tanya
Apalah guna kebun di tepi sawah
Ditanami segala macam pepohonan
Tempat burung-burung saling bergantian
Menunggu musim yang belum juga mau menjelang

Pak tani optimis mulai lelah
Mengartikan budinya dalam resah
Tanah subur dibajai
Air cukup membasahi
Tangan tak henti menabur budi
Pada kebun impian segala ukhti
Tapi,
Kenapa buahnya belum juga mau menjadi?
Wahai..
Salam pada semua anak tani,
Dengarkan bapakmu ini mau berperi!

Mana santun mu,
Kalau senyummu itu manis kelat?
Mana susila mu,
Kalau tuturmu sungkan-sungkanan?

Sadarlah...
Walau kau pohonkan segala sakti
Tiadalah bukti segala bakti
Pada hati yang akan mati
Sudah terang lagi bersuluh
Ikhlas budimu tersalah arti
Benarlah kata-kata Imam Ghazali,
Tak sebanding budi sang semut hitam,
Dalam kamar gelap gulita, di atas batu hitam.


Luruskan kembali ikhlas hatimu
Hanya, dan semata-mata hanya, untuk Dia yang satu
Dan bukan karna sesuatu di luar,
dan yang akan keluar dari kebunmu!

...

Sidang petani bubar,
Bunyi suling pilu menggetar....!



(#f14/220509 10:00)

 

0 comments: