Sesalan Seorang Egois Buta
Dalam satu pengabdian
Seorang musafir terhenti di perjalanan
Atas tanah kontang tak berhutan
Terduduk kaku, bingung memikirkan
Apakah penyebab lemahnya badan
Sampai terasa berat untuk melanjutkan
Walau sudah sejauh ini tertempa perjalanan
Melangit tinggi yang dicitakan
Luas lautan dilayarkan harapan
Dengan penuh semangat dikobarkan
Niat dijulang tak kenal sempadan
Tapi sang musafir lupa dirinya buta
Menganggar langit setinggi atap
Membayang laut cuma seluas muara
Maka dibawalah bekal secangkir beras
Ya, cuma secangkir beras
Menempuh perjalanan yang sangat panjang
Tau-tau kandas di tengah jalan
Badannya kurus tak cukup makan
Musafir buta terlalu optimis
Mau meminta takut disangka pengemis
Sampai bekalnya digunakan hampir habis
Walau sedih dia tak mau menangis
Tak sadar kalau dirinya itu egois
Keangkuhan memakan diri
Hatinya kini direnggut sepi
Lalu hanyut terbuai indahnya pelangi
Yang cuma datang kala dibias mentari
Namun sekali lagi dirinya lupa
Matanya buta tak melihat
Pelangi disangka cahaya putih abadi
Yang menerangi jalannya ke destinasi
Walau dalam hati musafir penuh cinta
Namun tak bisa kenal biasan warna
Warna yang bukan cuma satu, tapi tujuh semuanya
Warna yang akan hilang sekelip mata
Bila titis air berhenti membias cahaya
Kini musafir tau dirinya keletihan
Terasa olehnya berat menyambung peranan
Tak sekuat semangat yang dulu dilontarkan
Karna dalam hatinya tercoreng keingkaran
Yang rakus menggoncang keimanan
Terkikis dalam perjalanan yang serba kekurangan
Apakah ini sesalan?
Adakah lagi pengampunan?
Adakah lagi harapan menantinya di depan?
Tidak, tak boleh terkalahkan
Karna hutangnya masih banyak tak terjelaskan
Sampai mati pun tetap menuntut air mata dan darah
Dengan tangis hatinya dia teruskan langkah
Sesalan seorang egois buta.. mengundang pasrah...!
by f14/120308 @ 6.30pm