Episod Kosong
(I)
Bumbung kamar yang memutih
Serasa ligat memutar
Sekian lama jadi tatapan tajam
Kedua mataku yang belum juga mau terpejam
Teralih pandang ke dinding kosong
Sepi…
Hanya desir angin menambah dingin malam
Sedingin hati yang keras membatu
Ahh sudah satu jam begini
Bersekang mata membaca dinding
Terpacak terpaku mengadap bumbung
Dengan pikiran polos lagi kosong
Ada sesuatu, Jauh di sudut hati
Telah menanggung satu rasa aneh
Yang merajai seluruh raga
Memukul rasa sombong dan keegoan
Menghilangkan rasional dan kesadaran
(II)
Mungkin aku gila
Mungkin akalku mati
Mungkin mataku buta
Justru enggan mengalah
Ingin terus menadah
Harapan yang sekelumit cuma
Digenggam menjadi bara
Membakar hati inginkan ia
Apalah guna memulakan
Kalau akhirnya cuma pasrah!
(III)
Episod baru di satu purnama
Mencari ketetapan hati
Tepuk dada tanyakan iman
Coba mengikis selaput kelabunya mata
Coba menyiram bara nafsu menggila
Dingin, kelam, sejuk, tenang,
Kembalikanlah rasionalisme
Agar tertulis sebuah penghargaan
Agar terisi akal dan jiwa penuh pengertian
(IV)
Genggam bara api sampai jadi arang
Tapi tangan ini mulai merasa panas
Bahangnya mulai terasa perit
Kejapannya pun mulai longlai
Sedang api .. belum juga jadi arang
Sabar dulu kataku
Jangan lepaskan
Karna yang sabar tidak sendirian
Namun tak semudah itu
Telah terpatri ke sudut terindah
Tempat yang teristimewa
Terkatup terkunci rapi
Maka tak mungkin hilang, ia kekal di situ
Cuma pintunya tak terbuka lagi
Karna kuncinya kubuang jauh ..
Melainkan ia datang sendiri
Di saat sepi mengundang lagi
-->f14 Nov 2005